Petuah Ustadz Twitter Yang Menggelikan


Tadi pagi, setelah jalan-jalan di sekitar komplek perumahan Graha Mentari saya sempatkan online twitter lewat gadget kebanggaanku "Android". Seperti biasa timeline penuh sesak dengan ocehan para tweeps dari yang sekedar update, berbagi tps usaha sampai petuah-petuah dari para ustadz twitter.

Sebenarnya saya tidak ada masalah dengan beberapa status itu, tapi yang cukup mengganggu. beberapa rangkaian status petuah dari ustadz twitter, tapi yang menarik perhatian saya adalah beberapa status yang isinya insyaallah seperti ini :

7. Teringat Ibn Mas'ud lagi; beliau dapati sekelompok di Masjid Kufah berdzikir dengan Imam yang memberi amar; sekian kali..


8. ..Lalu ucapkan ini, sekian kali!" Dengan tubuh menggigil & suara bergetar, beliau berkata, "Sungguh lebih manfaat bagi kalian..


9. ..menghitung dosa-dosa! 'Amal macam apakah ini yang tidak kukenal dari kekasihku Muhammad SAW & sahabat-sahabatnya?"


10. Kita mengenang Ibn Mas'ud lagi atas kalimat indah, "Bercukup dengan sunnah, lebih selamat daripada berpayah dengan bid'ah."


Mungkin sekilas tidak ada yang salah dengan status ini, tapi coba sedikit pahami tentang tujuan status ini yaitu bahwa dzikir dengan bilangan tertentu seperti yang ditemui oleh Ibn Mas'ud di sebuah mesjid Kufah dikategorikan sebagai bid'ah. Sang ustadz twitter sama sekali tidak meberikan penjelasan dzikir seperti apa itu sehingga oleh Ibn Mas'ud dikategorikan sebagai amalan yang tidak dikenal dari Nabi Muhammad SAW, sehingga orang awampun seperti saya akan beranggapan bahwa semua dzikir yang dibacakan dengan bilangan tertentu akan dikategorikan sebagai bid'ah.

Sungguh sesuatu yang harus mendapatkan perhatian, status ini kemungkinan akan dibaca oleh lebih dari 35.000 orang follower sang ustadz twitter. Bagaimana seandainya beberapa orang diantara yang membaca terasebut adalah orang awam dan berpikiran bahwa semua dzikir yang dibacakan dengan bilangan tertentu akan dikategorikan sebagai bid'ah? padahal dzikir yang dibaca dengan bilangan tertentu menurut sebagian ulama yang kita kenal merupakan amalan ibadah seperti ibadah-ibadah yang lain. Apakah ini tidak akan memunculkan pertentangan di antara kita? dan ujung-ujungnya adalah perpecahan di antara umat Islam sendiri.

Alangkah lebih elok jika petuah-petuah itu dijelaskan dengan gamblang sehingga tidak menimbulkan intrepretasi bagi pembaca awam, apalagi petuah-petuah itu memiliki pertentangan dengan keyakinan yang lain.

Saya menulis ini karena teringat akan dawuh Guru saya yang dianggap lebih mengetahui tentang dzikir, beliau pernah bercerita bahwa didalam sebuah hadist (saya lupa perawihnya) disebutkan suatu saau Rasulullah berjalan-jalan diiringi oleh para sahabatnya dan menemui sebuah majelis dzikir yang para jamaahnya berdzikir dengan keras dengan gerak tubuh yang tidak dimengerti oleh para sahabat. Salah satu sahabat bertanya kepada Rosulullah : Ya Rasulullah, kenapa mereka berdzikir sedemikian rupa, padahal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rosulullah sendiri?
Rasulullah menjawab : Biarkanlah dan jangan ganggu mereka, karena mereka sedang asyik dengan Tuhannya.

Demikanlah sifat Rosululllah yang tidak serta merta menganggap suatu perkara itu salah, apalagi jika perkara tersebut akan menimbulkan pertentangan. Bahkan dalam sebuah hadist lain bagaimana rosulullah bahkan memerintahkan kepada para sahabat untuk membunuh seorang ahli ibadah yang selalu merasa paling benar dan paling shaleh serta selalu menyalahkan keyakinan orang lain (baca tulisan Takabbur, Penyakit Hati Yang Kronis).

Untuk ustadz twitter itu saya balas dengan status di twitter :

1 Seorang ustadz twitter menyampaikan tentang hal bid'ah dengan mengutip hadist yang mempermasalahkan dzikir.

2 katanya dalam kutipan : cukuplah dengan sunnah, lebih selamat daripada berpayah-payah dengan bid'ah

3 sy mau ingatkan p ustd, cukupkanlah dg dakwah seperti yg d contohkan oleh rosul


4 daripada berpayah2 dakwah dg ngetwit

p1

Oleh-Oleh Dari Forum Komunikasi Pelaku Industri Telematika

Tanggal 12-13 Desember 2011 kemaren menjadi hal yang cukup membahagiakan karena saya bersama teman-teman dari LabSI Preneur (unit usaha yang dibentuk oleh Laboratorium Sistem Informasi UTM) terpilih sebagai peserta dalam Forum Komunikasi Pelaku Industri Telematika yang diadakan oleh Dinas Perindustrian Jawa Timur kerjasama dengan Fakultas Teknologi Informasi ITS yang dilaksanakan di Hotel Kartika Wijaya Batu Malang.

Punggawa LabSIPreneur Di Aula Hotel

Mejeng di depan hotel

Bukan karena saya terpilih dari sekian pelaku usaha dibidang telematika di Jawa Timur yang mengajukan diri sebagai peserta, tapi karena pengalaman yang saya terima dalam acara tersebut. Adalah Cimahi Creative Association (CCA) yang menginspirasi saya bahwa bahwa apa yang telah dilakukan oleh LabSI tidak salah, menjadi orang tua asuh bagi beberapa komunitas. sama seperti halnya LabSI, CCA merupakan kumpulan komunitas industri kreative yang berada di daerah Cimahi Jawa Barat, bedanya adalah semua komunitas-komunitas di bawah CCA telah berkembang menjadi industri kreatif yang layak jual dan bahkan telah menjadi ikon kebanggaan kota Cimahi.

Impian saya tidak jauh dari itu, suatu saat komunitas-komunitas yang ada di LabSI akan menjelma menjadi wadah bagi kreativitas-kreativitas yang bisa dijual, dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi alumni UTM secara umum atau alumni warga LabSI pada khususnya. Bukan impian kosong saya kira, kemampuan komunitas-komunitas di LabSI sebenarnya sudah layak untuk dikembangkan sebagai industri yang layak jual, sebutlah Komunitas Linux Trunojoyo (Koelit) sudah diakui sebagai penjelmaan dari KPLI Madura, Plat M (komunitas Blogger Madura) juga sudah diakui eksistensinya secara nasional, JPG (Komunitas Programer Java) dan CIWE (komunitas programer web cerdas) sudah menghasilkan dan menjual beberapa aplikasi web/desktop dan dipakai oleh beberapa instansi pemerintah/swasta.

Mungkin hanya tinggal kemauan dan usaha bagaimana lebih mengembangkan sisi entrepreneurship dari beberapa komunitas, atau bagaimana komunitas-komunitas itu bisa bersatu membentuk sebuah wadah yang bisa menjual produktivitas dari anggota komunitas. LabSI hanya menjadi orang tua asuh, hanya sebatas memberikan dukungan. LabSI terbentur birokrasi jika berkeinginan memndirikan lembaga profit, LabSI tidak punya kekuatan untuk itu.

Mampukah menjadikan impian itu kenyataan? mungkin bukan hanya saya yang bisa menjawab.

p1

Universitas Trunojoyo Madura Sedang Tumbuh Menjadi Besar

Tidak terasa kalau saya sudah hampir satu dekade mengabdi di Universitas Trunojoyo Madura, ya hampir sepuluh tahun sejak Universitas Bangkalan menjadi universitas negeri dan berubah menjadi Universitas Trunojoyo Madura. Tentu bukan hal mudah bagi Universitas Trunojoyo Madura untuk berbenah setelah Universitas Bangkalan pernah diberitakan hampir kolaps ditandai menurunnya minat calon mahasiswa untuk mendaftar.

Tahun 1999-2000 merupakan tahun-tahun yang sulit, kebetulan saat itu saya masih menjadi mahasiswa aktif di Universitas Bangkalan sehingga sedikit banyak mengetahui perkembangan informasi disini. turunnya jumlah mahasiswa (tahun 2000 hanya ada sekitas 200 mahasiswa baru yang mendaftar dan diterima, sangat jauh jika dibandingkan dengan universitas swasta lain di Madura, misalnya Universitas Madura yang saat itu bisa menerima sekitar 500 orang mahasiswa) dan kesulitan keuangan telah membuat  pihak pengelola sedikit kesulitan. Sampai akhirnya dibuat keputusan untuk menyelamatkan Universitas Bangkalan maka harus diserahkan kepada negara untuk dijadikan sebagai universitas negeri.

Proses pe-negeri-anpun tidak bisa berjalan mulus, tapi dengan perjuangan akhirnya Universitas  Bangkalan resmi menjadi universitas negeri dan berubah menjadi Universitas Trunojoyo Madura tepatnya tanggal 5 Juli 2001.

Sekarang Universitas Trunojoyo Madura sudah mulai bangkit  dan besar, tahun 2010-2011 menjadi tolok ukur pertumbuhan Universitas Trunojoyo Madura secara fisik. Pada tahun ini dibangun sekaligus beberapa gedung utama yaitu : 4 gedung kuliah bersama, 1 gedung laboratorium dengan kapasitas 8 ruangan besar, 1 gedung rektorat 9 lantai, 1 gedung cakra 5 lantai, dan 3 gedung asrama mahasiswa kengan kapasitas total 1500 orang.

Gedung Kuliah RKB D

Gedung Laboratorium

Gedung Rektorat

Gedung Cakra (Perpustakaan dan Puskom)

Asrama Mahasiswa

Memang kalau dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan secara fisik, Universitas Trunojoyo Madura masih bisa dikatakan cukup lamban, dibutuhkan waktu hampir 10 tahun untuk merealisasikan pembangunan fisik universitas merupakan waktu yang tidak bisa dikatakan cepat. Tapi secara umum saya tetap merasa bangga dengan perkembangan ini.

Semoga perkembangan fisik ini juga diimbangi dengan perkembangan kualitas dan pelayanan yang selama ini masih menjadi PR besar, prosedur yang berbelit, pelayanan akademis dan kemahasiswaan, aliran data dan informasi masih dirasa kurang memuaskan. Dan ini merupakan harapan kita semua, saya sebagai alumni, civitas akademika dan masyarakat Madura menaruh harapan besar agar suatu saat nanti Universitas Trunojoyo Madura menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Madura dan Indonesia pada umumnya.

p1

Aku Makhluq Yang Kurang Bersyukur

Lebih dari dua bulan ini, setiap hari aku harus berangkat ke kantor dari kwanyar. Hal yang sangat membuat capek karena selain jarak yang harus ditempuh lebih jauh, kondisi jalan yang rusak, belum lagi faktor keamanan dari rute yang harus aku lewati tergolong rawan.

Begitu juga dengan pagi ini, walaupun aku memilih mengendarai mobil butut kebanggaannku, tapi tetap saja hal itu membuat aku menggerutu. Sebenarnya aku tidak terlalu suka jika harus bawa mobil karena jarak tempat parkir ke laboratorium tempat aku bekerja cukup jauh, belum lagi jarak ke kantor administrasi fakultas tempat aku absen lebih jauh lagi. Apalagi mengendarai mobil lebih ribet dibandingkan dengan naik motor.

Dan benar saja dugaanku, pagi ini harus melewati dua tempat yang terbiasa macet yaitu pasar Kwanyar (kebetulan hari ini bahu jalan sedang dipasang tenda untuk acara haul) dan pasar Labang (saat ini hari Rabu bertepatan dengan hari pasar besar Labang). Huuuffhhh, benar-benar membuat hati semakin dongkol, terbersit hayalan seandainya aku tinggal tidak terlalu jauh dari tempat kerja, seandainya mobil aku tidak butut, seandainya ... seandainya ... seandainya ... bahkan ada hayalan yang lebih gila seandainya orang tuaku kaya raya, seandainya mertuaku kaya raya, seandainya aku kaya raya dan tidak perlu bekerja lagi sehingga tiap hari kerjanya hanya tidur dan makan.

Aku sedikit tersentak ketika mobil saya sudah memasuki jalan pintas Labang - Telang, jalan yang tidak terlalu bagus memaksa aku harus menurunkan kecepatan mobil. Di depan ada mobil pickup yang penuh sesak dengan penumpang yang baru pulang dari pasar. Tua, muda bahkan anak-anak bercampur baur dengan sesaknya barang dagangan (yang belum laku), barang belanjaan untuk makan hari ini dan beberapa ekor ayam dan bebek.


Aku tertegun melihat seorang anak yang seumuran dengan anakku yang pertama (sekarang sudah kelas 2 SD), anak itu kok gak sekolah ya ? pikirku ... kasihan sekali, di umur yang begitu muda dia harus ikut membatu orang tua mencari nafkah bahkan harus mengubur kesempatannya untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti yang dijanjikan oleh UUD 1945. Tidak ingin terlalu lama termenung, saya fokus lagi dengan setir.

Di samping kanan dan kiri jalan terhampar sawah yang sudah mulai menghijau kembali setelah beberapa lama hujan mulai teratur membasahi daerah ini. Aku sempat melihat seorang kakek renta sedang jongkok sambil mengumpulkan rumput-rumput muda dengan arit ditangan, di sampingnya ada karung bekas beras sudah mulai terisi sebagian, mungkin si kakek sudah dari pagi tadi mengawali harinya dengan mengarit rumput. Kembali renungan memenuhi pikiranku, bagaimana jika kakek itu adalah bapakku? yang harus memulai rutinitas paginya dengan kerja keras hanya untuk memberikan harapan agar aku bisa makan tiap hari, atau agar aku bisa sekolah seperti anak-anak lain.

Huffhhh, helaan nafasku kali ini sedikit ringan, perasaan dongkol yang tadi sempat memenuhi pikiranku berangsur hilang berganti dengan perasaan yang aku sendiri tidak bisa menggambarkan. Aku baru sedikit sadar bahwa selama ini aku terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak menuntut, terlalu banyak berhayal, terlalu banyak keinginan, sehingga membuatku lupa bahwa sebenarnya sudah begitu banyak pemberian Tuhan yang belum sempat aku sadari, apalagi menyukurinya.

Aku begitu malu untuk mengucapkan astghfirullah dan alhamdulillah, karena pikiran-pikiran kotor itu sudah sering dan sekian lama memenuhi hatiku yang rapuh.

p1

Berbagi Ilmu Opensource di Pemkab Bangkalan


Diberi kesempatan untuk berbicara di depan orang banyak dan berbagi ilmu dan pengalaman adalah hal yang sangat membanggakan, selama dua hari saya dipercaya oleh dinas perhubungan komunikasi dan informasi (DISHUBKOMINFO) kabupaten Bangkalan untuk mengisi acara bertajuk Sosialisasi opensource bagi SKPD di Lingkungan Kabupaten Bangkalan, yang dilaksanakan tanggal 29-30 Nopember 2011. Acara tersebut bertujuan untuk lebih mengenalkan opensource di Bangkalan, dengan harapan Bangkalan bisa bisa bebas sorfware bajakan dan beralih ke opensource.

Kepercayaan yang diberikan harus dilaksanakan dengan baik, saya pun berusaha untuk itu dari persiapan materi sampai teknik penyampaian harus benar-benar diperhatikan. Bahkan saya harus meminta panitia sosialiasai opensource untuk merubah sedikit format acara yang hanya berupa audiensi satu arah menjadi format semi workshop. Alhasil antusiasme peserta begitu terlihat ketika mereka diberi kesempatan untuk ikut mencoba.

Saya juga minta ijin untuk membawa beberapa asisten dari warga Lab untuk ikut memandu karena sebagian besar peserta yang membawa laptop bahkan langsung mencoba instalasi, walaupun acara itu hanya bertajuk sosialisasi opensource di kabupaten Bangkalan. Antusiasme yaang begitu besar telah membuat saya puas karena merasa bahwa saya telah berhasil berbagi untuk untuk orang lain.

benerapa tip yang mungkin berguna jika kita diberi kesempatan berbicara di depan orang banyak :
> kenali audien, dan berbicara seperti bahasa mereka
> selingi dengan sesuatu yang menarik, seperti humor
> jangan berbicara seolah-olah menggurui
> persiapkan presentasi yang menarik
> ajak audien untuk berkomunikasi
> etc


p1