Wisata religi di kabupaten Sumenep sangat banyak sekali, mulai dari Asta Tenggi, Asta Bato Ampar, Asta Gumok Brambang, Asta Sayyid Yusuf, Asta Panaongan, Asta Jokotole dan masih banyak yang lainnya. Bahkan jika kita khususkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata religi di Sumenep tidak akan selesai dalam 2 hari. Seperti halnya yang saya lakukan saat mengisi liburan sekolah bersama keluarga, dalam satu hari saya hanya bisa mengunjungi lima tempat wisata religi, yaitu : Asta Sayyid Yusuf Talango Kalianget, Asta Gumok Brambang Kalimook, Mesjid Agung Sumenep, Asta Pangeran Katandur, dan Asta Jokotole.

Berikut adalah beberapa sejarah yang melatar belakangi tempat-tempat wisata religi di Sumenep yang diambil dari beberapa sumber.

Wisata Religi Asta Sayyid Yusuf, Talango Kalianget




Pada tahun 1212 Hijriah (1791 M) Raja Sumenep yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud menyebarkan agama islam ke pulau Bali.

Setibanya di pelabuhan kalianget karena telah sore, maka beliau bermalam di kalianget. Namun sekitar tengah malam Sri Sultan dikejutkan oleh cahaya yang sangat terang dan seakan-akan jatuh dari langit ke sebelah timur pelabuhan Kalianget yaitu di pulau Talango. Kemudian dengan rasa penasaran setelah solat subuh Sri Sultan memerintahkan pada para rombongan prajuritnya untuk merubah perjalanan yaitu menyeberang pulau Talango. Dengan rasa yang penasaran Sri Sultan dan para Prajurit masuk hutan dan mendapati tanda yang meyakinkan yaitu sebuah kuburan baru. Kemudian tanpa pikir panjang sang Sultan mengucapkan salam pada penghuni kubur, dan alangkah terkejutnya beliau karena salam yang beliau ucapkan dijawab oleh sang penghuni kubur dengan sangat jelas namun tidak ada wujud yang tampak. Karena rasa penasaran yang mendalam kemudian Sri Sultan bermunajat pada Allah SWT, tiba-tiba jatuhlah selembar daun yang bertuliskan (Hadz Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al Hasan) yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Sayyid Yusuf. Sri Sultan tidak hanya berhenti disana, kemudian Sri Sultan membuat Batu nisan yang bertuliskan nama suci sesuai yang tertera pada daun. Kemudian Pasarenan atau Kuburan Sayyid Yusuf diberi Congkop atau Pandepa, tetapi anehnya kuburan tersebut pindah ke sebelah timur. Hal ini menandakan bahwa Sayyid Yusuf tidak menghendaki kuburan beliau diberi congkop atau pandapa hingga sekarang.

Satu tahun setelah kejadian tersebut Sri Sultan datang mengunjungi kuburan Sayyid Yusuf kembali dan membangun pendopo untuk tempat menerima tamu atau peristirahatan serta membangun mesjid jami'.Konon pohon besar yang sampai sekarang kokoh berdiri di sebelah timur Kuburan Sayyid Yusuf adalah tongkat yang ditancapkan oleh Sri Sultan.

Wisata Religi Asta Gumok Brambang





Di desa Kalimo'ok tepatnya di Sebelah timur lapangan terbang Trunojoyo Sumenep terdapat makam atau kuburan/Asta K.Ali Barangbang. Mengapa dikatakan Barangbang, karena terletak di dusun Barangbang. K. Ali Barangbang mempuyai silsilah dari Syekh Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan Sunan Kudus yang mempunyai keturunan Pang. Katandur yang mempunyai empat anak yaitu : K. Hatib Paddusan, K. Hatib Sendang, K. Hatib Rajul, K. Hatib Paranggan. Dari Putra pertamanya diberi keturunan K. Ali Barangbang yang wafat 1092 H.

Semasa hidup K. Ali adalah merupakan seorang ulama besar dan penyiar agama islam yang sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga berguru ke K. Ali. Konon menurut sejarah beliau. K.Ali mempunyai kelebihan diluar nalar, binatang (kera) di ajari berbicara bahkan sampai bisa mengaji. Pada waktu Sumenep pemerintahannya masih berbentuk kerajaan. Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk belajar mengaji. Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut dipukul oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali pada sang Raja. Jelas raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum K. Ali namun memerintahkan sang prajurit untuk memanggil k. Ali dan menanyakan alasan kenapa putranya sampai dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali menjawab bahwa sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja melainkan kebodohan yang menemani putra raja. Mendengar jawaban tersebut raja tersinggung putranya di anggap bodoh, dengan marah kemudian raja mengatakan hal yang sangat mustahil, raja mengatakan bahwa jika memang K Ali bisa membuat orang pintar dengan memukul maka k. Ali boleh pulang membawa kera dengan syarat harus bisa mengajari sang kera mengaji.

Ringkasnya sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya, dan setiap malam K. Ali mengajak sang kera untuk memancing bersamanya, hingga pada suatu malam tepatnya malam ke 39, K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut kelapa kepada sang kera dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada kera : "Hai kera jika sampai pada jarimu api itu dan terasa panas di tanganmu maka teriklah dan katakan panas..." saat itulah kera bisa berbicara dan akhirnya sang kera bisa mengaji. Tiba saatnya sang kera untuk pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya untuk mengaji.

Di keraton K. Ali mengadakan pertemuan besar dengan raja dan disaksikan oleh para punggawa kerajaan sekaligus mengadakan pesta. Setelah semua berkumpul, kemudian sang kera di beri Alquran, dan betapa terkejutnya sang raja beserta para punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera mengaji dengan indah. Setelah selesai mengaji k> Ali melemparkan pisang kepada kera dan berkata "Ilmu Kalah Sama Watak" yang dalam bahasa maduranya "Elmo Kala ka Bebethe'". Dan raja pun ikut berbicara bahwa barangsiapa yang menuntut ilmu tidak menginjak tanah brangbang maka ilmunya tidak syah.

Wisata Religi Mesjid Agung Sumenep


Masjid Agung Sumenep ini terletak di jantung kota Sumenep, tepatnya di depan Tamana Kota Adipura. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang memiliki ciri design yang dipengaruhi oleh gaya Islam, Cina dan Eropa. Akulturasi design yang langsung bisa dilihat adalah dari pintu gerbangnya, yang terlihat kokoh layaknya sebuah benteng di Roma dengan pintu kayu kuno. Masjid ini di bangun oleh Tumenggung Arya Notokusumo I, yang terkenal dengan Panembahan Sumolo. Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep dengan arsitek yang sama dengan pembangunan Kraton yaitu, Lauw Piango. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 1198 H atau 1779 Masehi dan selesai pada tahun 1206 H atau 1787 M. Setelah pembangunan masjid ini selesai, Pangeran Notokusuma memberikan wasiat yang harus dipatuhi, dan berbunyi:

"Masjid ini adalah Baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri/keraton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak."

Sejak saat itu, masyarakat sekitar masjid selalu berpartipasi untuk mengurus masjid ini agar selalu kuat menghadapi waktu.

Wisata Religi Asta Pangeran Katandur



Ini merupakan asta/pasarean dari pangeran Katandur atau dikenal sebagai Syekh Ahmad Baidawi ini merupakan putra dari Pangeran Pakaos  yang merupakan cucu dari Sunan Kudus. Beliau mendapatkan gelar Pangeran Katandur karena merupakan penyebar agama islam yang menggunakan keahliannya di bidang pertanian sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Katandur berasal dari kata “ Tandur ” yang berarti ahli menanam atau ahli pertanian. Pangeran Katandur atau Syekh Ahmad Baidawisebagai seorang penyebar agama Islam di kabupaten Sumenep dan sekaligus yang pertama kali mengenalkan bercocok tanam dan membajak sawah menggunakan Nanggala atau Salagah yang ditarik oleh dua ekor sapi, yang selanjutnya merupakan cikal bakal budaya karapan sapi di Madura.


Pasarean/Asta Pangeran Katandur berada di kecamatan kota Sumenep, tepatnya di belakang perumahan giling Sumenep. Seperti Pasarean/Asta seorang yang dianggap wali dan berjasa lainnya setiap hari tidak pernah sepi dari peziarah, dan pemerintah kabupaten Sumenep telah menetapkan Pasarean/Asta Pangeran Katandursebagai salah satu tempat wisata religi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sumenep.

Wisata Religi Asta Jokotole



Jokotole yang pernah memerintah di Suemnep bergelar Pangeran Setyodiningrat III, pada saat memegang pemerintahan di Sumenep sekitar tahun 1415 M, datanglah musuh dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang (Dempo Awang) dengan berkendaraan kapal yang dapat berjalan di atas Gunung di antara bumi dan langit atau dikenal sebagai perahu terbang.

Didalam peperangan itu Pangeran Setyoadiningrat III mengendarai kuda terbang sesuai petunjuk dari pamannya (Adirasa), pada suatu saat ketika mendengar suara dari pamannya yang berkata "pukul" maka Jokotole menahan kekang kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh kebelakang dan ia sendiri sambil memukulkan cambuknya yang mengenai Dempo Awang beserta perahunya sehingga hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah

Dengan kejadian inilah maka kuda terbang yang menoleh kebelakang dijadikan lambang bagi daerah Sumenep, sebenarnya sejak Jokotole bertugas di Majapahit sudah memperkenalkan lambang kuda terbang.

Dipintu gerbang dimana Jokotole ikut membuatnya terdapat gambar seekor kuda yang bersayap dua kaki belakang ada ditanah sedang dua kaki muka diangkat kebelakang, demikian pula di Asta Tinggi Sumenep disalah sati Congkop (koepel) terdapat kuda terbang yang dipahat diatas marmer. Juga pintu gerbang rumah kabupaten (dahulu Keraton) Sumenep ada lambang kuda terbang. Di museum Sumenep juga terdapat lambang kerajaan yang ada kuda terbangnya, karena itu sudah sepantasnyalah jika pemerintahan kota Sumenep memakai lambang kuda terbang.

Sumber : www.eastjava.comferryarbania.multiply.com , lutfi-blog.trunojoyo.ac.id dan www.aguslempar.com

20 Responses so far.

  1. Anonymous says:

    amazing :)

  2. @Chilfia, trims udah berkunjung ke blog-ku

  3. fazza says:

    kapan warga labsi di ajak ke sumenep pak ?
    sekalian berziarah :)

  4. Hanya Sayyid Yusuf, Asta Tinggi dan Pasongsongan yang saya tahu. sisanya belum. ingin rasanya suatu saat pergi ke sana. :)

    btw: saya suka footer weblog ini :D. ASELI Keren!!

  5. @fazza, ni lagi komunikasi dg smu di sumenep skalian labsi road to school n jalan-jalan, kayaknya lebih enak abis musim hujan, ga seru pas jalan2 trus ujan.

  6. @wahyualam, ayo plat-m keliling madura ....!

  7. pngen k sana..ternyata wisata di Madura sangat banyak..:)

  8. @Ria, tinggal nunggu jadwal len-jhelen plat-m biar rame, hehehe

  9. DiaFa says:

    begitu banyak.a tempat pariwisata d sumenep yang membuat hati ini tergundah untuk mengunjunginya namun seribu sayangnya tak pernah terwujud akan hal itu... :(

  10. Unknown says:

    Assalamualaikum....
    jalan jalan di google dengan mencari nama desa Bramabang (tempat saya tinggal) ternyata saya menemukan desa saya masuk dalam eb ini makasih banyak mas luti. saya Asli warga Brambang,sangat berterimakasih atas semua itu. sebenarnya untuk penginggalan sejarah Langgar/surau dari K. Ali (asta gumok)masih ada di desa saya tetapi selama ini belum banyak yang tahu akan hal itu. ornamen dan juga kayu dari bangunan tersebut masih asli dan belum diganti. tetapi ada penambahan bangunan. meskipun demikian ada 4 pilar yang masi asli sejak jaman K Ali masih ada...
    kalau mas dan juga Labsi ke madura dan ke Desa Brambang jangan lupa hubungi saya ya mas 085732394249 insyaAllah akan saya ajak ke langgar K. Ali.
    oya satu lagi sebernya masih ada yang belum banyak tahu tentang madura yaitu makam raja pertama MADURA, tepatnya di desa ambunten. dan alhamdulillah saya suda 4 kali kesana. jadi kalau mas ingin kesini saya juag akan tunjukkan makam RAJa MADURA tersebut.

  11. @Ali wafa Musfikin, terima kasih atas perkenannya mau mengantarkan kami. Kebetulan saya asli Ambunten tp sekarang bermukim di Bangkalan, jadi sdh tdk asing dengan asta Pangeran Bukabu dan Pangeran Mandaraga.

    Insyaallah klo ada kesempatan kami kesana, saya akan hubungi sampean.

  12. Unknown says:

    ALHAMD...apanggi bi taretan sadaja...thanks for the story

  13. alimisbah says:

    Wah ty infonya.. mf numpng share umpn blik :D http://tugascumi.blogspot.com/2013/02/wali-songo.html Ty..

  14. ieca enone says:

    jadi pengeeeen,,,,
    mampir2 kesana,,,.....

  15. Anonymous says:

    Kalau asta Sunan Paddusan (yg berhasil mengislamkan Jokotole, dan dijadikan menantu) itu dimana?

  16. Asta Gumok Brambang itu artistik banget...

  17. hai mas,,salam kenal ya,,kunjungi blog ku juga yuk,,

  18. Wahhh... mantep mas.. slama ini madura memang erat kaitannya dngn wisata religi.. ;)

Leave a Reply