Pengembangan TI di Madura Bersama Relawan TIK Jawa Timur

Pengembangan teknologi informasi (TI) di Madura memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, semua masysrakat berhak dan berkewajiban ikut serta dalam pengembangan TI di Madura. Paling tidak itulah yang terjadi saat ini, bersama Relawan TIK Jawa Timur, wadah yang dibentuk oleh kementerian komunikasi dan informasi (KemenKomInfo), semua masyarakat TI terutama yang ada di Madura bisa ikut serta memberikan sumbangsih demi pengembangan IT di Madura.

Bersama Ketua Relawan TIK Jawa Timur (Mas Poerbo)

Suasana Pelatihan

Foto Bersama Relawan TIK Jawa Timur dan Peserta Pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Relawan TIK Jawa Timur (Relawan TIK regional Madura masih dalam proses pembentukan) yaitu pelatihan TI, seminar TI sampai pada pengenalan opensource di Madura bisa dilaksanakan secara bersama-sama dengan sasaran instansi-instansi atau sekolah-sekolah yang memang membutuhkan itu. Seperti yang telah dilaksanakan kemaren yaitu Seminar dan Pelatihan dengan topik Keamanan Jaringan Menggunakan GNU/Linux Debian dan Pembuatan Blog yang diadakan di SMKN 1 Arosbaya kabupaten Bangkalan.

Topik yang dipilih memang cukup sesuai dengan kompetensi yang diinginkan oleh pihak sekolah SMKN 1 Arosbaya, yaitu jaringan komputer berbasis opensource serta pengenalan internet. Pada kesempatan itu saya dipercaya untuk memberikan materi pelatihan Keamanan Jaringan Menggunakan GNU/Linux Debian, adalah suatu kehormatan dan kebanggaan bisa diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman di bidang TI dengan rekan-rekan pelajar di Bangkalan.

Terima kasih Relawan TIK Jawa Timur, mudah-mudahan perjuangan dalam pengembangan TI di Jawa Timur dan Madura khususnya bisa terlaksana dengan baik, dan semoga akan terlahir relawan-relawan TIK baru di Madura.

Salam Relawan TIK.

p1

The Perfect Desktop - Debian Squeeze aka Debian 6.0



This tutorial shows how you can set up a Debian Squeeze desktop that is a full-fledged replacement for a Windows desktop, i.e. that has all the software that people need to do the things they do on their Windows desktops. The advantages are clear: you get a secure system without DRM restrictions that works even on old hardware, and the best thing is: all software comes free of charge.
I want to say first that this is not the only way of setting up such a system. There are many ways of achieving this goal but this is the way I take. I do not issue any guarantee that this will work for you!

p1

Install Lightsquid di GNU/Linux Debian dan Ubuntu

Lightsquid merupakan produk opensource yang berfungsi untuk monitoring Squid Proxy atau menampilkan laporan aktifitas Squid Proxy oleh pengguna layanan dalam bentuk halaman web. Laporan yang dihasilkan bisa perwaktu periode akses (tahun, bulan dan hari), per group pengguna, top sites, dan big files download.

Langkah-langkah instalasi Lightsquid : 
1. Pastikan web server (apache2) sudah terinstall dan berjalan dengan baik.
2. Download paket Lightsquid di sini. Paket terbaru adalah lightsquid-1.8.tgz
3. Extract paket, dengan perintah : 
    #tar -xzvf lightsquid-1.8.tgz
    akan terbentuk paket dalam folder lightsquid-1.8
4. Copykan paket dalam folder tersebut ke root direktory web server
   #copy lightsquid-1.8/ /var/www/
   ubah nama folder menjadi lightsquid untuk memudahkan akses di browser
   #cd /var/www
   #mv lightsquid-1.8 lightsquid
5. Masuk ke folder paket dan ubah permission file dengan extension .cgi dan .pl agar bisa dieksekusi
    #cd lightsquid
    #chmod +x *.cgi
    #chmod +x *.pl
6. Konfigurasi lighsquid.cfg
    #nano /lightsquid.cfg
    pastikan path aplikasi lightsquid dan log squid sudah benar, contoh : 

    # ——————– GLOBAL VARIABLES  —————————
    #path to additional `cfg` files
    $cfgpath             =”/var/www/lightsquid”;
    #path to `tpl` folder
    $tplpath             =”/var/www/lightsquid/tpl”;
    #path to `lang` folder
    $langpath            =”/var/www/lightsquid/lang”;
    #path to `report` folder
    $reportpath          =”/var/www/lightsquid/report”;
    #path to access.log
    $logpath             =”/var/log/squid3”;
    #path to `ip2name` folder
    $ip2namepath         =”/var/www/lightsquid/ip2name”;
    #path to `lockfile` ; – )
    $lockpath            =$reportpath;

7. Install paket perl_GD agar mode grafik bisa jalan di browser
   #apt-get install libgd-gd2-perl
8. Check konfigurasi lightsquid
   #perl check-setup.pl

    LightSquid Config Checker, (c) 2005-9 Sergey Erokhin GNU GPL
    LogPath   : /var/log/squid3
    reportpath: /var/www/lightsquid/report
    Lang      : /var/www/lightsquid/lang/eng
    Template  : /var/www/lightsquid/tpl/base
    Ip2Name   : /var/www/lightsquid/ip2name/ip2name.simple
    all check passed, now try access to cgi part in browser

9. Setting web server agar bisa baca script .cgi dengan menambahkan script ini di konfigurasi virtual host.
   #nano /etc/apache2/sites-available/default

    Options +ExecCGI
    AddHandler cgi-script .cgi
    AllowOverride AllOptions
10. Generate log squid dengan perintah :
    #perl lightparser.pl
11. Cek lightsquid di browser http://localhost/lightsquid


    

p1

Tempat Wisata Religi di Sumenep

Wisata religi di kabupaten Sumenep sangat banyak sekali, mulai dari Asta Tenggi, Asta Bato Ampar, Asta Gumok Brambang, Asta Sayyid Yusuf, Asta Panaongan, Asta Jokotole dan masih banyak yang lainnya. Bahkan jika kita khususkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata religi di Sumenep tidak akan selesai dalam 2 hari. Seperti halnya yang saya lakukan saat mengisi liburan sekolah bersama keluarga, dalam satu hari saya hanya bisa mengunjungi lima tempat wisata religi, yaitu : Asta Sayyid Yusuf Talango Kalianget, Asta Gumok Brambang Kalimook, Mesjid Agung Sumenep, Asta Pangeran Katandur, dan Asta Jokotole.

Berikut adalah beberapa sejarah yang melatar belakangi tempat-tempat wisata religi di Sumenep yang diambil dari beberapa sumber.

Wisata Religi Asta Sayyid Yusuf, Talango Kalianget



Pada tahun 1212 Hijriah (1791 M) Raja Sumenep yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud menyebarkan agama islam ke pulau Bali.

Setibanya di pelabuhan kalianget karena telah sore, maka beliau bermalam di kalianget. Namun sekitar tengah malam Sri Sultan dikejutkan oleh cahaya yang sangat terang dan seakan-akan jatuh dari langit ke sebelah timur pelabuhan Kalianget yaitu di pulau Talango. Kemudian dengan rasa penasaran setelah solat subuh Sri Sultan memerintahkan pada para rombongan prajuritnya untuk merubah perjalanan yaitu menyeberang pulau Talango. Dengan rasa yang penasaran Sri Sultan dan para Prajurit masuk hutan dan mendapati tanda yang meyakinkan yaitu sebuah kuburan baru. Kemudian tanpa pikir panjang sang Sultan mengucapkan salam pada penghuni kubur, dan alangkah terkejutnya beliau karena salam yang beliau ucapkan dijawab oleh sang penghuni kubur dengan sangat jelas namun tidak ada wujud yang tampak. Karena rasa penasaran yang mendalam kemudian Sri Sultan bermunajat pada Allah SWT, tiba-tiba jatuhlah selembar daun yang bertuliskan (Hadz Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al Hasan) yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Sayyid Yusuf. Sri Sultan tidak hanya berhenti disana, kemudian Sri Sultan membuat Batu nisan yang bertuliskan nama suci sesuai yang tertera pada daun. Kemudian Pasarenan atau Kuburan Sayyid Yusuf diberi Congkop atau Pandepa, tetapi anehnya kuburan tersebut pindah ke sebelah timur. Hal ini menandakan bahwa Sayyid Yusuf tidak menghendaki kuburan beliau diberi congkop atau pandapa hingga sekarang.

Satu tahun setelah kejadian tersebut Sri Sultan datang mengunjungi kuburan Sayyid Yusuf kembali dan membangun pendopo untuk tempat menerima tamu atau peristirahatan serta membangun mesjid jami'.Konon pohon besar yang sampai sekarang kokoh berdiri di sebelah timur Kuburan Sayyid Yusuf adalah tongkat yang ditancapkan oleh Sri Sultan.

Wisata Religi Asta Gumok Brambang





Di desa Kalimo'ok tepatnya di Sebelah timur lapangan terbang Trunojoyo Sumenep terdapat makam atau kuburan/Asta K.Ali Barangbang. Mengapa dikatakan Barangbang, karena terletak di dusun Barangbang. K. Ali Barangbang mempuyai silsilah dari Syekh Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan Sunan Kudus yang mempunyai keturunan Pang. Katandur yang mempunyai empat anak yaitu : K. Hatib Paddusan, K. Hatib Sendang, K. Hatib Rajul, K. Hatib Paranggan. Dari Putra pertamanya diberi keturunan K. Ali Barangbang yang wafat 1092 H.

Semasa hidup K. Ali adalah merupakan seorang ulama besar dan penyiar agama islam yang sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga berguru ke K. Ali. Konon menurut sejarah beliau. K.Ali mempunyai kelebihan diluar nalar, binatang (kera) di ajari berbicara bahkan sampai bisa mengaji. Pada waktu Sumenep pemerintahannya masih berbentuk kerajaan. Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk belajar mengaji. Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut dipukul oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali pada sang Raja. Jelas raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum K. Ali namun memerintahkan sang prajurit untuk memanggil k. Ali dan menanyakan alasan kenapa putranya sampai dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali menjawab bahwa sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja melainkan kebodohan yang menemani putra raja. Mendengar jawaban tersebut raja tersinggung putranya di anggap bodoh, dengan marah kemudian raja mengatakan hal yang sangat mustahil, raja mengatakan bahwa jika memang K Ali bisa membuat orang pintar dengan memukul maka k. Ali boleh pulang membawa kera dengan syarat harus bisa mengajari sang kera mengaji.

Ringkasnya sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya, dan setiap malam K. Ali mengajak sang kera untuk memancing bersamanya, hingga pada suatu malam tepatnya malam ke 39, K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut kelapa kepada sang kera dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada kera : "Hai kera jika sampai pada jarimu api itu dan terasa panas di tanganmu maka teriklah dan katakan panas..." saat itulah kera bisa berbicara dan akhirnya sang kera bisa mengaji. Tiba saatnya sang kera untuk pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya untuk mengaji.

Di keraton K. Ali mengadakan pertemuan besar dengan raja dan disaksikan oleh para punggawa kerajaan sekaligus mengadakan pesta. Setelah semua berkumpul, kemudian sang kera di beri Alquran, dan betapa terkejutnya sang raja beserta para punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera mengaji dengan indah. Setelah selesai mengaji k> Ali melemparkan pisang kepada kera dan berkata "Ilmu Kalah Sama Watak" yang dalam bahasa maduranya "Elmo Kala ka Bebethe'". Dan raja pun ikut berbicara bahwa barangsiapa yang menuntut ilmu tidak menginjak tanah brangbang maka ilmunya tidak syah.

Wisata Religi Mesjid Agung Sumenep


Masjid Agung Sumenep ini terletak di jantung kota Sumenep, tepatnya di depan Tamana Kota Adipura. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang memiliki ciri design yang dipengaruhi oleh gaya Islam, Cina dan Eropa. Akulturasi design yang langsung bisa dilihat adalah dari pintu gerbangnya, yang terlihat kokoh layaknya sebuah benteng di Roma dengan pintu kayu kuno. Masjid ini di bangun oleh Tumenggung Arya Notokusumo I, yang terkenal dengan Panembahan Sumolo. Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep dengan arsitek yang sama dengan pembangunan Kraton yaitu, Lauw Piango. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 1198 H atau 1779 Masehi dan selesai pada tahun 1206 H atau 1787 M. Setelah pembangunan masjid ini selesai, Pangeran Notokusuma memberikan wasiat yang harus dipatuhi, dan berbunyi:

"Masjid ini adalah Baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri/keraton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak."

Sejak saat itu, masyarakat sekitar masjid selalu berpartipasi untuk mengurus masjid ini agar selalu kuat menghadapi waktu.

Wisata Religi Asta Pangeran Katandur



Ini merupakan asta/pasarean dari pangeran Katandur atau dikenal sebagai Syekh Ahmad Baidawi ini merupakan putra dari Pangeran Pakaos  yang merupakan cucu dari Sunan Kudus. Beliau mendapatkan gelar Pangeran Katandur karena merupakan penyebar agama islam yang menggunakan keahliannya di bidang pertanian sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Katandur berasal dari kata “ Tandur ” yang berarti ahli menanam atau ahli pertanian. Pangeran Katandur atau Syekh Ahmad Baidawisebagai seorang penyebar agama Islam di kabupaten Sumenep dan sekaligus yang pertama kali mengenalkan bercocok tanam dan membajak sawah menggunakan Nanggala atau Salagah yang ditarik oleh dua ekor sapi, yang selanjutnya merupakan cikal bakal budaya karapan sapi di Madura.


Pasarean/Asta Pangeran Katandur berada di kecamatan kota Sumenep, tepatnya di belakang perumahan giling Sumenep. Seperti Pasarean/Asta seorang yang dianggap wali dan berjasa lainnya setiap hari tidak pernah sepi dari peziarah, dan pemerintah kabupaten Sumenep telah menetapkan Pasarean/Asta Pangeran Katandursebagai salah satu tempat wisata religi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sumenep.

Wisata Religi Asta Jokotole



Jokotole yang pernah memerintah di Suemnep bergelar Pangeran Setyodiningrat III, pada saat memegang pemerintahan di Sumenep sekitar tahun 1415 M, datanglah musuh dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang (Dempo Awang) dengan berkendaraan kapal yang dapat berjalan di atas Gunung di antara bumi dan langit atau dikenal sebagai perahu terbang.

Didalam peperangan itu Pangeran Setyoadiningrat III mengendarai kuda terbang sesuai petunjuk dari pamannya (Adirasa), pada suatu saat ketika mendengar suara dari pamannya yang berkata "pukul" maka Jokotole menahan kekang kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh kebelakang dan ia sendiri sambil memukulkan cambuknya yang mengenai Dempo Awang beserta perahunya sehingga hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah

Dengan kejadian inilah maka kuda terbang yang menoleh kebelakang dijadikan lambang bagi daerah Sumenep, sebenarnya sejak Jokotole bertugas di Majapahit sudah memperkenalkan lambang kuda terbang.

Dipintu gerbang dimana Jokotole ikut membuatnya terdapat gambar seekor kuda yang bersayap dua kaki belakang ada ditanah sedang dua kaki muka diangkat kebelakang, demikian pula di Asta Tinggi Sumenep disalah sati Congkop (koepel) terdapat kuda terbang yang dipahat diatas marmer. Juga pintu gerbang rumah kabupaten (dahulu Keraton) Sumenep ada lambang kuda terbang. Di museum Sumenep juga terdapat lambang kerajaan yang ada kuda terbangnya, karena itu sudah sepantasnyalah jika pemerintahan kota Sumenep memakai lambang kuda terbang.

Sumber : www.eastjava.comferryarbania.multiply.com , lutfi-blog.trunojoyo.ac.id dan www.aguslempar.com

p1

Petuah Ustadz Twitter Yang Menggelikan


Tadi pagi, setelah jalan-jalan di sekitar komplek perumahan Graha Mentari saya sempatkan online twitter lewat gadget kebanggaanku "Android". Seperti biasa timeline penuh sesak dengan ocehan para tweeps dari yang sekedar update, berbagi tps usaha sampai petuah-petuah dari para ustadz twitter.

Sebenarnya saya tidak ada masalah dengan beberapa status itu, tapi yang cukup mengganggu. beberapa rangkaian status petuah dari ustadz twitter, tapi yang menarik perhatian saya adalah beberapa status yang isinya insyaallah seperti ini :

7. Teringat Ibn Mas'ud lagi; beliau dapati sekelompok di Masjid Kufah berdzikir dengan Imam yang memberi amar; sekian kali..


8. ..Lalu ucapkan ini, sekian kali!" Dengan tubuh menggigil & suara bergetar, beliau berkata, "Sungguh lebih manfaat bagi kalian..


9. ..menghitung dosa-dosa! 'Amal macam apakah ini yang tidak kukenal dari kekasihku Muhammad SAW & sahabat-sahabatnya?"


10. Kita mengenang Ibn Mas'ud lagi atas kalimat indah, "Bercukup dengan sunnah, lebih selamat daripada berpayah dengan bid'ah."


Mungkin sekilas tidak ada yang salah dengan status ini, tapi coba sedikit pahami tentang tujuan status ini yaitu bahwa dzikir dengan bilangan tertentu seperti yang ditemui oleh Ibn Mas'ud di sebuah mesjid Kufah dikategorikan sebagai bid'ah. Sang ustadz twitter sama sekali tidak meberikan penjelasan dzikir seperti apa itu sehingga oleh Ibn Mas'ud dikategorikan sebagai amalan yang tidak dikenal dari Nabi Muhammad SAW, sehingga orang awampun seperti saya akan beranggapan bahwa semua dzikir yang dibacakan dengan bilangan tertentu akan dikategorikan sebagai bid'ah.

Sungguh sesuatu yang harus mendapatkan perhatian, status ini kemungkinan akan dibaca oleh lebih dari 35.000 orang follower sang ustadz twitter. Bagaimana seandainya beberapa orang diantara yang membaca terasebut adalah orang awam dan berpikiran bahwa semua dzikir yang dibacakan dengan bilangan tertentu akan dikategorikan sebagai bid'ah? padahal dzikir yang dibaca dengan bilangan tertentu menurut sebagian ulama yang kita kenal merupakan amalan ibadah seperti ibadah-ibadah yang lain. Apakah ini tidak akan memunculkan pertentangan di antara kita? dan ujung-ujungnya adalah perpecahan di antara umat Islam sendiri.

Alangkah lebih elok jika petuah-petuah itu dijelaskan dengan gamblang sehingga tidak menimbulkan intrepretasi bagi pembaca awam, apalagi petuah-petuah itu memiliki pertentangan dengan keyakinan yang lain.

Saya menulis ini karena teringat akan dawuh Guru saya yang dianggap lebih mengetahui tentang dzikir, beliau pernah bercerita bahwa didalam sebuah hadist (saya lupa perawihnya) disebutkan suatu saau Rasulullah berjalan-jalan diiringi oleh para sahabatnya dan menemui sebuah majelis dzikir yang para jamaahnya berdzikir dengan keras dengan gerak tubuh yang tidak dimengerti oleh para sahabat. Salah satu sahabat bertanya kepada Rosulullah : Ya Rasulullah, kenapa mereka berdzikir sedemikian rupa, padahal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rosulullah sendiri?
Rasulullah menjawab : Biarkanlah dan jangan ganggu mereka, karena mereka sedang asyik dengan Tuhannya.

Demikanlah sifat Rosululllah yang tidak serta merta menganggap suatu perkara itu salah, apalagi jika perkara tersebut akan menimbulkan pertentangan. Bahkan dalam sebuah hadist lain bagaimana rosulullah bahkan memerintahkan kepada para sahabat untuk membunuh seorang ahli ibadah yang selalu merasa paling benar dan paling shaleh serta selalu menyalahkan keyakinan orang lain (baca tulisan Takabbur, Penyakit Hati Yang Kronis).

Untuk ustadz twitter itu saya balas dengan status di twitter :

1 Seorang ustadz twitter menyampaikan tentang hal bid'ah dengan mengutip hadist yang mempermasalahkan dzikir.

2 katanya dalam kutipan : cukuplah dengan sunnah, lebih selamat daripada berpayah-payah dengan bid'ah

3 sy mau ingatkan p ustd, cukupkanlah dg dakwah seperti yg d contohkan oleh rosul


4 daripada berpayah2 dakwah dg ngetwit

p1

Oleh-Oleh Dari Forum Komunikasi Pelaku Industri Telematika

Tanggal 12-13 Desember 2011 kemaren menjadi hal yang cukup membahagiakan karena saya bersama teman-teman dari LabSI Preneur (unit usaha yang dibentuk oleh Laboratorium Sistem Informasi UTM) terpilih sebagai peserta dalam Forum Komunikasi Pelaku Industri Telematika yang diadakan oleh Dinas Perindustrian Jawa Timur kerjasama dengan Fakultas Teknologi Informasi ITS yang dilaksanakan di Hotel Kartika Wijaya Batu Malang.

Punggawa LabSIPreneur Di Aula Hotel

Mejeng di depan hotel

Bukan karena saya terpilih dari sekian pelaku usaha dibidang telematika di Jawa Timur yang mengajukan diri sebagai peserta, tapi karena pengalaman yang saya terima dalam acara tersebut. Adalah Cimahi Creative Association (CCA) yang menginspirasi saya bahwa bahwa apa yang telah dilakukan oleh LabSI tidak salah, menjadi orang tua asuh bagi beberapa komunitas. sama seperti halnya LabSI, CCA merupakan kumpulan komunitas industri kreative yang berada di daerah Cimahi Jawa Barat, bedanya adalah semua komunitas-komunitas di bawah CCA telah berkembang menjadi industri kreatif yang layak jual dan bahkan telah menjadi ikon kebanggaan kota Cimahi.

Impian saya tidak jauh dari itu, suatu saat komunitas-komunitas yang ada di LabSI akan menjelma menjadi wadah bagi kreativitas-kreativitas yang bisa dijual, dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi alumni UTM secara umum atau alumni warga LabSI pada khususnya. Bukan impian kosong saya kira, kemampuan komunitas-komunitas di LabSI sebenarnya sudah layak untuk dikembangkan sebagai industri yang layak jual, sebutlah Komunitas Linux Trunojoyo (Koelit) sudah diakui sebagai penjelmaan dari KPLI Madura, Plat M (komunitas Blogger Madura) juga sudah diakui eksistensinya secara nasional, JPG (Komunitas Programer Java) dan CIWE (komunitas programer web cerdas) sudah menghasilkan dan menjual beberapa aplikasi web/desktop dan dipakai oleh beberapa instansi pemerintah/swasta.

Mungkin hanya tinggal kemauan dan usaha bagaimana lebih mengembangkan sisi entrepreneurship dari beberapa komunitas, atau bagaimana komunitas-komunitas itu bisa bersatu membentuk sebuah wadah yang bisa menjual produktivitas dari anggota komunitas. LabSI hanya menjadi orang tua asuh, hanya sebatas memberikan dukungan. LabSI terbentur birokrasi jika berkeinginan memndirikan lembaga profit, LabSI tidak punya kekuatan untuk itu.

Mampukah menjadikan impian itu kenyataan? mungkin bukan hanya saya yang bisa menjawab.

p1

Universitas Trunojoyo Madura Sedang Tumbuh Menjadi Besar

Tidak terasa kalau saya sudah hampir satu dekade mengabdi di Universitas Trunojoyo Madura, ya hampir sepuluh tahun sejak Universitas Bangkalan menjadi universitas negeri dan berubah menjadi Universitas Trunojoyo Madura. Tentu bukan hal mudah bagi Universitas Trunojoyo Madura untuk berbenah setelah Universitas Bangkalan pernah diberitakan hampir kolaps ditandai menurunnya minat calon mahasiswa untuk mendaftar.

Tahun 1999-2000 merupakan tahun-tahun yang sulit, kebetulan saat itu saya masih menjadi mahasiswa aktif di Universitas Bangkalan sehingga sedikit banyak mengetahui perkembangan informasi disini. turunnya jumlah mahasiswa (tahun 2000 hanya ada sekitas 200 mahasiswa baru yang mendaftar dan diterima, sangat jauh jika dibandingkan dengan universitas swasta lain di Madura, misalnya Universitas Madura yang saat itu bisa menerima sekitar 500 orang mahasiswa) dan kesulitan keuangan telah membuat  pihak pengelola sedikit kesulitan. Sampai akhirnya dibuat keputusan untuk menyelamatkan Universitas Bangkalan maka harus diserahkan kepada negara untuk dijadikan sebagai universitas negeri.

Proses pe-negeri-anpun tidak bisa berjalan mulus, tapi dengan perjuangan akhirnya Universitas  Bangkalan resmi menjadi universitas negeri dan berubah menjadi Universitas Trunojoyo Madura tepatnya tanggal 5 Juli 2001.

Sekarang Universitas Trunojoyo Madura sudah mulai bangkit  dan besar, tahun 2010-2011 menjadi tolok ukur pertumbuhan Universitas Trunojoyo Madura secara fisik. Pada tahun ini dibangun sekaligus beberapa gedung utama yaitu : 4 gedung kuliah bersama, 1 gedung laboratorium dengan kapasitas 8 ruangan besar, 1 gedung rektorat 9 lantai, 1 gedung cakra 5 lantai, dan 3 gedung asrama mahasiswa kengan kapasitas total 1500 orang.

Gedung Kuliah RKB D

Gedung Laboratorium

Gedung Rektorat

Gedung Cakra (Perpustakaan dan Puskom)

Asrama Mahasiswa

Memang kalau dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan secara fisik, Universitas Trunojoyo Madura masih bisa dikatakan cukup lamban, dibutuhkan waktu hampir 10 tahun untuk merealisasikan pembangunan fisik universitas merupakan waktu yang tidak bisa dikatakan cepat. Tapi secara umum saya tetap merasa bangga dengan perkembangan ini.

Semoga perkembangan fisik ini juga diimbangi dengan perkembangan kualitas dan pelayanan yang selama ini masih menjadi PR besar, prosedur yang berbelit, pelayanan akademis dan kemahasiswaan, aliran data dan informasi masih dirasa kurang memuaskan. Dan ini merupakan harapan kita semua, saya sebagai alumni, civitas akademika dan masyarakat Madura menaruh harapan besar agar suatu saat nanti Universitas Trunojoyo Madura menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Madura dan Indonesia pada umumnya.

p1