Tanggal 12-13 Desember 2011 kemaren menjadi hal yang cukup membahagiakan karena saya bersama teman-teman dari LabSI Preneur (unit usaha yang dibentuk oleh Laboratorium Sistem Informasi UTM) terpilih sebagai peserta dalam Forum Komunikasi Pelaku Industri Telematika yang diadakan oleh Dinas Perindustrian Jawa Timur kerjasama dengan Fakultas Teknologi Informasi ITS yang dilaksanakan di Hotel Kartika Wijaya Batu Malang.

Punggawa LabSIPreneur Di Aula Hotel

Mejeng di depan hotel

Bukan karena saya terpilih dari sekian pelaku usaha dibidang telematika di Jawa Timur yang mengajukan diri sebagai peserta, tapi karena pengalaman yang saya terima dalam acara tersebut. Adalah Cimahi Creative Association (CCA) yang menginspirasi saya bahwa bahwa apa yang telah dilakukan oleh LabSI tidak salah, menjadi orang tua asuh bagi beberapa komunitas. sama seperti halnya LabSI, CCA merupakan kumpulan komunitas industri kreative yang berada di daerah Cimahi Jawa Barat, bedanya adalah semua komunitas-komunitas di bawah CCA telah berkembang menjadi industri kreatif yang layak jual dan bahkan telah menjadi ikon kebanggaan kota Cimahi.

Impian saya tidak jauh dari itu, suatu saat komunitas-komunitas yang ada di LabSI akan menjelma menjadi wadah bagi kreativitas-kreativitas yang bisa dijual, dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi alumni UTM secara umum atau alumni warga LabSI pada khususnya. Bukan impian kosong saya kira, kemampuan komunitas-komunitas di LabSI sebenarnya sudah layak untuk dikembangkan sebagai industri yang layak jual, sebutlah Komunitas Linux Trunojoyo (Koelit) sudah diakui sebagai penjelmaan dari KPLI Madura, Plat M (komunitas Blogger Madura) juga sudah diakui eksistensinya secara nasional, JPG (Komunitas Programer Java) dan CIWE (komunitas programer web cerdas) sudah menghasilkan dan menjual beberapa aplikasi web/desktop dan dipakai oleh beberapa instansi pemerintah/swasta.

Mungkin hanya tinggal kemauan dan usaha bagaimana lebih mengembangkan sisi entrepreneurship dari beberapa komunitas, atau bagaimana komunitas-komunitas itu bisa bersatu membentuk sebuah wadah yang bisa menjual produktivitas dari anggota komunitas. LabSI hanya menjadi orang tua asuh, hanya sebatas memberikan dukungan. LabSI terbentur birokrasi jika berkeinginan memndirikan lembaga profit, LabSI tidak punya kekuatan untuk itu.

Mampukah menjadikan impian itu kenyataan? mungkin bukan hanya saya yang bisa menjawab.

9 Responses so far.

  1. fazza says:

    bisa karena indonesia bisa...
    aamiin...

  2. kayak iklan PSSI hahaha, skrg malah kisruh tuh!

  3. Anonymous says:

    Hayyy,,.. kok cuma poto saja bapake,,,... mana materi yg didapat dari sana,.,. -_-'

  4. doh ... oleh2 inspirasi neng! materinya skrg sedang dipraktekkan oleh temen2 , tunggu tanggal maennya!

  5. loewyi says:

    sok atuh pak... mari kita optimalkan keberadaan MCA... :D

  6. @loewyi, MCA bukan kunci menuju impian, tapi bagaimana pandangan komunitas terhadap entrepreneur? apakah kita hanya menganggap aktivitas di komunitas hanya sebagai hiburan, ngumpul2 n nongkrong? atau berani menyulap aktivitas2 tersebut sebagai sesuatu yang layak dijual.

    btw, wadah seperti MCA sangat dibutuhkan untuk mengubah pandangan kita.

  7. SlameTux says:

    kapan pak rencananya mau kesana lagi? hehehe jadi kepengen...

  8. @Slametux, tahun depan ... tapi kita ga ikut rombongan bis lagi tapi bawa mobil sendiri karena MCA udah SUKSES!!!

Leave a Reply